Kadinkes DKI: Belum Ada Obat dan Vaksin DBD, Pencegahan Alternatif Terbaik

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Di saat cuaca yang tak menentu seperti saat ini, perlu diwaspadai berbagai penyakit yang membayang-bayangi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue (DBD).

DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit penderita yang terinfeksi dengeu. Gejala klinis demam dengue diawali dengan demam tinggi, sakit kepala, terkadang muncul bintik merah, dan adanya kemungkinan komplikasi pendarahan.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang spesifik untuk demam dengue, sehingga pencegahan merupakan cara terbaik untuk mengurangi tingkat kesakitan akibat demam dengue.

"Sampai dengan saat ini obat dan vaksinnya belum ada, vaksin masih dalam proses pembuatan, mudah-mudahan dengan Sanofi Pasteur bisa didapatkan dan dengan demikian tugas kita selesai. Karena kalau vaksinnya ada maka tidak akan ada angka kesakitan dan tidak ada lagi angka kematian", ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI, dr. Dien Emawati, M.Kes.

Hal itu disampaikan dia dalam seminar 'Peringatan Hari Dengue ASEAN 2013', di Balai Kota DKI, Jl Kebon Sirih, Jakarta, dan ditulis pada Minggu (16/6/2013).

dr. Dien menambahkan untuk mengendalikan DBD adalah dengan cara memberantas sarang nyamuk melalui tindakan 3M, yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas.

Dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), DKI Jakarta menargetkan bebas demam berdarah pada tahun 2020. Target ini diyakini bisa tercapai lewat program yang dianjurkan dan telah dilakukan setiap Jumat selama 30 menit oleh masyarakat, yaitu sejak pukul 09.00-09.30.

Sekitar 500.000 pasien (sebagian besar anak-anak) yang terinfeksi virus dengue kemudian menderita DBD yang pada umumnya mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit sehingga beban sosial dan ekonomi yang ditimbulkan semakin berat.

"Faktor keterlambatan bukan karena soal finansial, dia tidak mempunyai uang, penderita DBD sampai dengan saat ini masih dibuka kelas III secara gratis, jadi artinya response time ini yang mestinya harus dipercepat," ujar dr. Dien

Dia mengimbau kepada masyarakat DKI Jakarta, jika 2 hari telah terjadi demam dan tidak sembuh setelah diberi obat warung, maka harus mempersiapkan diri untuk pemeriksaan laboratorium ke puskesmas. Hal ini penting supaya yang bersangkutan tahu, apakah trombosit sudah mulai menurun atau tidak.

(hrn/vit)

16 Jun, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d58634a/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C160C0A958420C22746770C7630Ckadinkes0Edki0Ebelum0Eada0Eobat0Edan0Evaksin0Edbd0Epencegahan0Ealternatif0Eterbaik/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com