Kaki Diabetik Tak Harus Amputasi Bila Penyakit Pembuluh Darahnya Diobati

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Masalah pada kaki merupakan salah satu komplikasi dari diabetes yang paling tidak menyenangkan. Sebab, gangguan kaki diabetik bisa berujung amputasi bila tak ditangani dengan baik. Tapi amputasi bisa dicegah bila sumber penyakit pembuluh darahnya dapat diobati.

"Penyakit pembuluh darah tepi hampir sama hebatnya dengan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah tepi banyak bermasalah tapi sampai saat ini tidak ditangani mendetail," jelas dr Hananto Andriantoro, Sp.JP (K), Direktur Utama RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, dalam acara konferensi pers 'Intervensi Vaskular pada Pembuluh Darah Tepi (Perifer)' di RSJPD Harapan Kita, Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Penyakit pembuluh darah tepi (perifer) paling sering terjadi karena komplikasi diabetes. Sekitar 15 persen pasien diabetes mengalami masalah dengan pembuluh darah tepi. Kondisi ini menyebabkan luka yang tak kunjung sembuh, gangrene (jaringan mati), kaki menghitam atau borok, yang akhirnya bisa berujung amputasi.

Sayangnya, lanjut dr Hananta, kebanyakan pasien diabetes di Indonesia hanya ditangani dengan pengobatan dasar, seperti mengobati luka, mengontrol gula darah dan pemberian antibiotik saat terjadi infeksi.

"Tapi tidak dengan membuka penyempitan pembuluh darah, sebelah hulu dari luka. 3 Pengobatan ini jauh dari cukup untuk menyelamatkan kaki diabetik dari amputasi," tegas dr Hananta.

Menurut dr Hananto, kaki diabetik hanyalah masalah hilir yang ditimbulkan oleh penyakit pembuluh darah tepi. Untuk mencegah proses amputasi, maka masalahnya harus ditangani dari hulu, yaitu mengobati penyakit pembuluh darah tepi.

Dengan membuka penyempitan yang terjadi di pembuluh darah tepi, maka akan meningkatkan tekanan ke daerah luka. Artinya, oksigenisasi terjadi dengan baik dan luka pun lebih cepat sembuh.

"Kita sebagai Pusat Jantung Nasional sudah mengedukasi, memberikan pendidikan di centre-centre pelayanan, di rumah sakit-rumah sakit pendidikan dan RSUD. Tidak hanya dokter jantung, tetapi juga dokter penyakit dalam yang menangani diabetes." tutur dr Hananto.

(mer/vit)

13 Jun, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d3d25c0/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C130C1854440C227290A80C7630Ckaki0Ediabetik0Etak0Eharus0Eamputasi0Ebila0Epenyakit0Epembuluh0Edarahnya0Ediobati/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com