Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook
Seperti diceritakan Yani, ibunda dari Dea (10 bulan) saat ditemui di rumah tinggal sementara anak-anak penyandang kanker, Rumah Anyo, yang berlokasi di Jl Anggrek Nelli Murni Blok A No 110, Slipi, Jakarta Barat, dan ditulis pada Sabtu (15/6/2013) Yani menceritakan bagaimana kesigapannya pada kanker perut yang diderita Dea.
Awalnya Yani melihat keganjilan saat ia menyusui anaknya. Dea selalu muntah-munta kala diberikan ASI. "Esoknya perutnya membesar, akhirnya saya bawa ke bidan tapi katanya masuk angin. Dalam 2 hari perut sebelah kanannya membesar akhirnya saya bawa ke rumah sakit, di-USG katanya pembengkakan ginjal," jelas Yani.
Dea sendiri tidak mengalami keluhan lain selain muntah-muntah, namun karena masih tak percaya Yani kembali mencari perbandingan dengan mengunjungi RS Kanker Dharmais. Ia berangkat dari Lampung dan benar saja ternyata Dea terkena kanker perut.
"Posisinya di atas ginjal di bawah hati menonjol ke tulang belakang, ternyata teratoma abdomen atau kanker perut. Hasil CT scan memang ada tumor ganas dan membesar di dalam jadi makanan dia dimakan kanker, makanya kurus" kata Yani.
Saat ini Dea masih menggunakan selang yang terpasang pada hidungnya untuk membantunya minum susu dan makan dan Yani pun tetap memberikan ASInya untuk Dea.
Selain bayi Dea, bayi asal Bengkulu Rizki Aditya pun mengalami kanker, bedanya Rizki mengalami kanker gusi. Anak dari pasangan Mawardi dan Nelsy ini terkena kanker sejak umurnya 2 bulan.
"Awalnya gusi kanannya ada benjolan lama-lama semakin besar sampai sebesar telur bebek. Rizki akhirnya dikemo sama dokter 7 kali. Setelah benjolannya mengecil akhirnya di operasi seminggu yang lalu," kata Nelsy sambil memasukkan makanan cair melalui suntikan selang untuk anaknya.
Nelsy dan Rizki berada di Rumah Anyo sejak Rizki berusia 3 bulan. Untuk sementara ayah Rizki tinggal bersama mereka, namun harus kembali lagi ke Bengkulu untuk bekerja.
Selain itu, masih ada Nisa yang berasal dari Lampung. Nisa yang baru saja memasuki Sekolah Menengah Atas ini harus mengurungkan niatnya melanjutkan sekolah karena kanker kelenjar getah bening. Awalnya pada Mei 2012 ia merasakan ada benjolan di leher kanannya.
"Sama mama akhirnya langsung ke Dharmais, dari Lampung langsung ke Jakarta. Sama dokternya dibiopsi, ketahuannya masih grade 1 dan itu Lymphoma," kata Nisa.
Ia bercerita bahwa ia sempat sekolah 1 semester, namun pada Januari 2013 setelah operasi ia tak diizinkan untuk kembali oleh dokter karena ternyata kankernya masih ada dan menyebar ke leher sebelah kiri. Saat ini penyakitnya memasuki grade 3 sehingga ia harus terus melakukan kemoterapi.
Tetapi Nisa tak pernah takut menghadapinya. "Nggak takut, cuma kaget. Ya sudah pas jalanin pengobatan berpikir positif saja aku bisa sembuh," tegas Nisa.
Nisa dan para bayi ini masih berjuang melawan kanker pada tubuh mereka. Sebab, jika Tuhan berkehendak maka tidak ada yang mustahil. Apalagi semakin cepat kanker pada anak diketahui semakin besar pula kemungkinannya untuk sembuh.
(vit/vit)
15 Jun, 2013
-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d509429/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C150C120A40A0A0C22743270C130A10Ckisah0Eanak0Eanak0Epenyandang0Ekanker0Edi0Erumah0Eanyo/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com