Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook
Menurut tim peneliti dari Oxford University, tak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa penurunan jumlah pasien kanker payudara wanita yang meninggal dunia dikarenakan program yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988 tersebut.
Peneliti menemukan bahwa penurunan angka kematian terbanyak justru terlihat pada wanita-wanita berusia di bawah 40 tahun, yang diketahui tidak rutin melakukan screening.
"Tampaknya screening kanker payudara hanya bisa membantu pasien-pasien tertentu atau pada level individu, tapi poinnya adalah efek tersebut tidaklah begitu banyak terdeteksi pada level populasi," terang ketua tim peneliti, Toqir Mukhtar seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (13/6/2013).
Ketika screening pertama kali diperkenalkan, banyak pejabat kesehatan yang memprediksi bahwa program ini akan mengurangi angka kematian akibat kanker payudara hingga sepertiga dan perubahan itu dapat dilihat dengan jelas dalam berbagai dokumen terkait kondisi kesehatan publik.
"Tapi nyatanya faktor-faktor lain seperti terapi pengobatan yang semakin maju justru lebih berpengaruh dan terbukti menurunkan angka kematian akibat kanker payudara," timpal Mukhtar.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the Royal Society of Medicine ini merupakan hasil pengamatan terhadap 20.000 data kasus kematian karena kanker payudara pada berbagai kelompok usia pasien di Oxford selama 39 tahun.
Peneliti juga menganalisis data kematian masyarakat Inggris secara umum dimana kanker payudara ditandai secara khusus sebagai penyebab kematiannya.
Jika screening bertanggung jawab terhadap penurunan angka kematian akibat kanker, maka peneliti berharap bahwa penurunan angka kematian terbesar terlihat pada wanita-wanita yang ditawari menjalani program screening minimal satu kali seumur hidupnya.
Namun peneliti malah menemukan bahwa penurunan angka kematian terbesar terlihat pada wanita berusia di bawah 40 tahun. Angkanya menurun sebanyak dua persen dalam kurun 1988-2001 dan lima persen dalam kurun 2001-2009. Sedangkan pada wanita berusia 50-64 tahun yang pernah ditawari melakukan screening, penurunan angka kematiannya hanyalah 1,2 persen dalam kurun 1988-2001 dan tiga persen dalam kurun 2001-2009.
"Justru kelompok usia yang tidak pernah mendapatkan screening-lah yang mengalami penurunan terbesar. Dengan kata lain screening tidaklah menunjukkan efek yang diinginkan dalam level yang lebih luas, yaitu populasi," simpul Mukhtar.
Tentu saja temuan ini menimbulkan pro dan kontra. H Gilbert Welch, profesor ilmu kedokteran dari Geisel School of Medicine, New Hampshire dan juga pakar screening kanker payudara mengatakan, "Kondisi serupa juga terjadi di Amerika, angka kematiannya menurun lebih banyak pada wanita muda yang tidak di-screening. Bagi saya kalaupun ada manfaatnya, jumlahnya jauh lebih kecil daripada yang kita percaya selama ini. Saya khawatir kankernya yang tumbuh makin cepat dan memiliki tendensi lebih besar untuk menyebar, bahkan lebih dini dari jenis kanker biasa. Takutnya, tak ada yang bisa kita perbuat dengan hal itu."
Namun banyak juga pakar yang mengatakan bahwa screening merupakan kunci utama deteksi kanker payudara sejak dini sehingga memberikan peluang kesembuhan yang terbesar bagi para wanita yang mengidap penyakit tersebut.
(vit/vit)
13 Jun, 2013
-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d360b7a/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C130C0A80A0A440C22720A0A0A0C7630Cstudi0Escreening0Egagal0Eturunkan0Erisiko0Ekematian0Eakibat0Ekanker0Epayudara/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com