Bolehkah Ibu dengan HIV-AIDS Menyusui Bayinya?

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Jakarta, Air Susu Ibu (ASI) merupakan hak setiap bayi dan merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Di Indonesia pun sudah gencar disosialisasikan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan awal. Lantas bagaimana jika ternyata ibu tersebut positif menderita HIV AIDS?

Pemberian ASI dari ibu dengan HIV AIDS kepada bayinya sampai saat ini memang masih menjadi kontroversi. Ada kalangan yang melarang dengan alasan ASI tersebut mengandung virus. Namun ada pula yang menganjurkan karena ASI memiliki nutrisi lengkap yang dibutuhkan bayi untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

"Lebih baik tetap berikan ASI eksklusif pada bayi. Karena seperti kita ketahui bersama, ASI mengandung banyak nutrisi dan zat imun yang sangat baik bagi kekebalan tubuh alami bayi," ujar dr Candra Wijaya, selaku Health Team Coordinator World Vision Indonesia, dalam acara media gathering 'Pemahaman Tenaga Kesehatan Mengenai Kebijakan Menyusui di Indonesia', yang diadakan di Cheesecake Factory Cikini, Jl Cikini Raya, Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Menurut dr Candra, ibu dengan HIV positif berhak memilih untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif atau memberikan susu formula secara eksklusif. Artinya, ibu dengan HIV positif masih boleh menyusui bayinya. Namun yang penting untuk diingat adalah komitmen ibu saat akan memberikan ASI.

Risiko penularan HIV melalui ASI adalah sekitar 15-20 persen. Risiko ini pun dapat meningkat peluangnya menjadi sekitar 65 persen ketika terdapat luka pada payudara ibu seperti lecet pada puting karena teknik menyusui yang keliru. Meskipun demikian, jika ibu memutuskan untuk memberikan ASI masih diperbolehkan dengan catatan: ibu harus memberikan ASI secara eksklusif.

Secara eksklusif di sini berarti benar-benar hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau cairan tambahan lainnya selama 6 bulan penuh, termasuk susu formula. Pada kasus ibu dengan HIV positif, bayi tidak diperkenankan mengonsumsi ASI dan susu formula secara bergantian (mixed feeding). Sebab, hal ini justru akan berdampak kurang optimalnya perlindungan yang diberikan ASI terhadap bayi.

Zat imun yang tidak diberikan secara rutin akan membuat sistem kekebalan tubuh bayi menjadi tidak kuat. Dengan kondisi ini dikhawatirkan bayi akan menjadi semakin rentan dengan virus dari ibu. Untuk itulah, ibu diminta memilih ASI eksklusif atau susu formula eksklusif.

Untuk pemberian susu fprmula eksklusif, pada prinsipnya sama dengan ASI eksklusif, yaitu bayi hanya diberikan susu formula saja tanpa makanan atau minuman tambahan lainnya selama 6 bulan. Syarat ibu dengan HIV positif jika ingin memberikan susu formula secara eksklusif menurut dr Candra adalah 'AFASS', yaitu:
-Acceptable (pemberian susu formula mudah diterima oleh bayi)
-Feasible (mudah dilakukan)
-Affordable (harga susu formula dapat terjangkau)
-Sustaineble (pemberian susu formula berkelanjutan)
-Safe (susu formula aman bagi bayi)

Setelah memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka jika ibu memilih untuk memberikan susu formula secara eksklusif harus mampu menjamin ketersediaan air bersih, sanitasi, ketersediaan susu formula dalam jumlah yang cukup, mampu menyajikan susu formula yang bersih, dan menjamin pemberian susu formula ini tanpa cairan/makanan lain selama 6 bulan.

(vit/vit)

13 Jun, 2013


-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656114/s/2d3b874b/l/0Lhealth0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C130C1729540C22727970C7630Cbolehkah0Eibu0Edengan0Ehiv0Eaids0Emenyusui0Ebayinya/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com